IMPLEMENTASI MEDIA SOSIAL SEBAGAI PUBLIC RELATIONS TOOLS : STUDI PADA GARUDA INDONESIA DAN KEMENTRIAN KEUANGAN RI
IMPLEMENTASI
MEDIA SOSIAL SEBAGAI PUBLIC RELATIONS TOOLS : STUDI PADA GARUDA INDONESIA DAN
KEMENTRIAN KEUANGAN RI
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan oleh :
Nama : Firly Kirana
NIM : 15110190463
Konsentrasi : Public
Relations
DOSEN :
ELLYS LESTARI PAMBAYUN, S.sos.,M.Si
Jakarta 2018
Kata Pengantar
Puji syukur
kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya kepada kita semua
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul
“IMPLEMENTASI MEDIA SOSIAL SEBAGAI PUBLIC RELATIONS TOOLS : STUDI PADA GARUDA
INDONESIA DAN KEMENTRIAN KEUANGAN RI”. Laporan proposal skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program Strata-1 di
Jurusan Public Relations, The London School of Public Relations.
Penulis
menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan selesai tanppa
bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ellys Lestari Pambayun, S. Sos., M. Si., selaku Dosen
Pembimbing atas bimbingan, saran, dan motivasi yang diberikan.
2. Segenap Dosen Jurusan Public Relations, The London School
of Public Relations yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
3. Serta Orang tua dan kerabat penulis atas doa, bimbingan,
semangat serta kasih sayang yang dicurahkan selama ini.
4. Seluruh akademika Jurusan Public Relations, The London
School of Public Relations yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis.
Penulis menyadari proposal skripsi ini tidak
luput dari berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi
kesempatan dan perbaikannya sehingga akhirnya laporan proposal skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta
bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.
DAFTAR ISI
BAB I ...............................................................................................................................
1
Pendahuluan....................................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................
1
1.2 Rumusan masalah ....................................................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian
......................................................................................................
3
1.4 Manfaat Penelitian
....................................................................................................
4
BAB
II...............................................................................................................................
5
Kerangka Teoritis
............................................................................................................
5
2.1 Penelitian
Sebelumnya .............................................................................................
5
2.2 Teori Utama
..............................................................................................................
8
1.
Teori PR Digital ................................................................................................
8
2.3 Teori Pendukung
....................................................................................................
15
2.3.1.
Teori Computer Mediated Communication
(CMC) .................................. 15
2.4 Konsep
....................................................................................................................
24
BAB
III............................................................................................................................
25
Metodologi Penelitian
...................................................................................................
25
3.1 Metode Penelitian
...................................................................................................
25
3.2 Tahap Pengumpulan
Data ......................................................................................
26
3.2.1 Wawancara...........................................................................................................
26
3.2.2 Data
Primer...........................................................................................................
27
3.2.3 Data Sekunder........................................................................................
............. 28
3.2.4 Narasumber.....................................................................................
.................... 29
3.2.5 Unit Analisis..........................................................................................................
29
3.3 Tahap Penarikan
Sample .......................................................................................
30
3.4 Fokus Penelitian
.....................................................................................................
31
3.5 Analisis Data...........................................................................................................
32
3.6 Teknik Keabsahan
Data .........................................................................................
33
3.7 Lokasi dan Waktu
Penelitian ..................................................................................
34
Daftar
Pustaka .........................................................................................................
35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemunculan
media sosial dan inovasi internet membawa perubahan terhadap praktik-praktik
dalam dunia Public Relations (PR) yang selama ini dilkakuan. Dengan munculnya
media sosial, diperlukan perubahan mendasar terhadap konsep dan prakik PR serta
perubahan itu harus pula dialami dan dipahami oleh semua tingkatan dalam
perusahaan atau organisasi.
Salah
satu keunggulan yang di tawarkan oleh media sosial kemampuan dalam menjangkau
public dalam lingkup yang lebih luas dan beragam, hal tersebut menjadi kunci
sukses untuk membangun kesepahaman antara perusahaan atau organisasi dengan
masyarakat. Keunggulan tersebut menjadikan media sosial memiliki karakteristik
yang berbeda dengan media menstream lainya dikarnakan media sosial memungkinkan
terjadinya partisipasi public secara aktif. Disisilain, breakinredge yang di
kutip dari Nasrullah (2012, p.146) dalam buku Media Sosial dan public relations
menyebutkan bahwa perkembangan media sosial tersebut memunculkan fata baru
yaitu, “You can’t control communication. You can only guide and shape
experience”. Dewasa ini, dapat di pastikan nyaris semua perusahaan publik
ataupun swasta memiliki media sosial. Sebagai contoh, perusahaan public yang
dulu namanya terpuruk yaitu Garuda Indonesia.
Tepatnya
pada 2007, ketika Garuda Indonesia dilarang terbang ke Eropa. Garuda Indonesia
perlahan bangkit, salahsatunya ketika Garuda menjadi sponsor dari sebuah klub
sepak bola ternama yaitu Liverpool pada periode 2012 – 2015. Terlebih, iklan
yang dibuat oleh garuda bersama Liverpool langsung menjadi buah bibir. Garuda
seolah ingin menunjukan kelasnya yang telah berhasil bermetamorfosa sebagai perushaan
penerbangan kelas dunia. Campaign yang dilakukan oleh Garuda tersebut
menghasilkan output utama berupa peningkata berupa awareness dan positioning
Garuda. Dalam melakukan campaign tersebut Garuda menggunakan
instrument-instrumen PR seperti news writing, media gathering, hingga
pemanfaatan jejaring media sosial. Social enchanment yang dilakukan Garuda
adalah dengan mengoptimalisasi akun twitter dan facebook yang dimiliki. Ketika
secara resmi launching kerjasama tersebut dilakukan, Garuda juga melakukan live
report (live tweet) mengenai kegiatan tersebut. Garuda juga melakukan melalui
fitur youtube dengan memanfaatkan tren “Harlem Shake” dengan melibatkan Ian
Rush bersama komunitas penggemar Liverpool.
Pada
tahun 2014, Garuda berhasil masuk dalam jajaran 10 PR praktik terbaik BUMN
(Gofur, 2014). Belum lama ini lagi Garuda memanfaatkan media sosial dengan
membuat sebuah kompetisi #GALFCVideoContest kompetisi tersebut mengajak
masyarakat untuk membuat video yang menunjukan antusisasme terhadap Liverpool dan
Garuda Indonesia.
Optimalisasi
penggunaan media sosial bukan hanya dilakukan oleh perusahaan penerbangan,
namun juga hingga kedalam instisusi pemerintahaan seperti kementrian. Salah
satu tujuan optimalisasi penggunaan media sosaial di kemntria merupakan upaya
dalam melakukan trasnparasi informasi. Dalam lingkup pemerentihaan dinilai
begitu penting sebagai wujud dari era demokrasi. Transparasi informasi semakin
dikuatkan lahirnya UU No. 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi public
(KIP) yang memuat kewajiban pemerintah untuk membuka segala informasi yang
terkait dengan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan kepada masyarakat.
Keterbukaan informasi public (KIP) merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang bersih dan baik atau clean and good governance
yang mewajibkan adanya akuntabilitas, transparansi serta partisipasi aktif
masyarakat dalam proses terjadinya kebijakan publik.
1.2 Rumusan Masalah
Pertanyaan utama penilitian
ini :
1. Bagaimana
penggunaan media sosial sebagai PR tools oleh Garuda Indonesia ?
2. Bagaimana
penggunaan media sosial sebagai PR tools oleh Kementrian Keuangan Republik Indonesia?
3. Apa
yang menjadi objektivitas dari Garuda Indonesia sewaktu perusahaan maskapai
penerbangan dan kemenkeu RI dalam menggunakan media sosial sebagai PR tools?
1.3 Tujuan Penilitian
Adapun yang menjadi tujuan
penelitian ini, yaitu :
1.
Untuk mengetahui bagaimana penggunaan media
sosial sebagai PR tools oleh Garuda Indonesia
2.
Untuk mengetahui bagaimana penggunaan media
sosial sebagai PR tools oleh Kemenkeu RI
3.
Untuk mengetahui apa yang menjadi objectives
dari Garuda Indonesia perusahaan maskapai penerbangan dan Kemenkeu RI dalam
menggunakan media sosial sebagai PR tools.
1.4 Manfaat Akademis
1.
Memberikan kontribusi baik bagi mahasiswa dan
mahasiswi khususnya jurusan komunikasi di The London School of Public Relations
Jakarta.
2.
Peneliti berharap penelitian ini dapat
menjadi refrensi apabila ada yang ingin memiliki keterkarika untuk meniliti
topic ini secara lebih mendalam dengan menggunakan metode penilitian yang
berbeda.
1.5 Manfaat Praktis
Peneliti berharap
penelitian ini dapat di jadikan sebagai salah satu refresnsi bagai humas
kementrian lain dan perusahaan yang bergerak di bidang penerbangan dalam
menggunakan media sosial.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya
Terdapat beberapa jurnal yang membahas
mengenai pengunaan media sosial sebagai PR tools dalam ruang lingkup perusahaan
sebagai salah satu alat untuk mendekatkan diri kepada khalayak. Salah satu
jurnal tersebut berjudul Memenangkan Hati Khalayak Eksternal melalui Media
sosial yang di tulis oleh Rino F. Boer dan Lestari Nurhayati (2016) membahas
mengenai 3 perusahaan telekomunikasi yaitu XL, Telkomsel, dan Indosat yang
menerima 2 penghargaan. Kedua penghargaan tersebut antara lain good corporate
governance yang diberikan pada tahun 2014 oleh otoritas jasa keuangan dan
institute for corporate director ship (IICD), masih di tahun yang sama ke tiga
perusahaan tersebut kembali mendapatkan penghargaan dari fortune yaitu
Indonesia’s most admire company (FIMAC).
Ketiga keberhasilan perusahaan di atas
tentunya tidak terlepas dari peran PR, kualitas menejement dalam perusahaan
tersebut dapat diukur dengan mengukur kepuasan konsumen atau khalayak
eksternal. Penelitian tersebut menggali lebih dalam lagi mengenai peran PR
dalam ketiga perusahaan tersebut dengan menggunakan model PR yang dikembangkan
oleh Grunig and Hunt pada tahun 1984. Penelitian tersebut menggunakan metode
kuantitatif dengan menyebar sebanyak 231 kuisioner kepada konsumen yang menjadi
follower akun twitter resmi ketiga perusahaan tersebut.
Dari penelitian tersebut ditemukan
beberapa hasil kesimpulan yaitu ketiga perusahaan telekomunikasi (XL,
Telkomsel, dan, Indosat) tersebut berhasil memenangkan hati khalayak karena
menggunakan komunikasi media online two way symmetric model, dimana para
konsumen dianggap penting dan diutamakan sehingga dalam media sosial punsistem
komunikasi yang digunakan sangat memperhatikan kebutuhan dan kepentingan
konsumen.
Kesimpulan
selanjutnya adalah adanya hubungan yang signifikan antara komunikasi melalui
media sosial yang dijalankan oleh masing masing PR provider tersebut dengan
karakteristik yang digambarkan oleh grunig dan hunt dalam modelnya. Yaitu
komunikasi yang berjalan dua arah untuk membangun kesepahaman bersama, menunjukan
efek perubahan yang harus di hadapi bersama sama oleh perusahaan dan public
serta tidak ingin di alami oleh satu pihak saja, komunikasi secara langsung
dengan public melalui media sosial perusahaan dan membuat proses komunikasi
seolah bersifat interpersonal, privat serta hangat. Two way symmetric model
menunjukan bahwa kepentingan pihak eksternal (konsumen) dalam hal ini merupakan
kepentingan utama perusahaan dalam jangka panjang.
Tabel
1
Perbandingan Penelitian Sebelumnya
No.
|
Nama
Peneliti
|
Judul
Penelitian
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
1.
|
Rino F. Boer & Lestari
N
|
Memenangkan
Hati Khalayak Eksternal Melalui Media Online
|
·
Unit analisis yang digunakan merupakan
pemanfaatan media sosial untuk menjangkau public
·
Menggunakan model PR yang dikembangkan
oleh James E. Grunig
|
·
Metode yang digunakan dalam jurnal ini
merupakan metode kuantitatif
|
Sumber : Data Olahan
Peneliti, 2017
2.2 Teori Utama
2.2.1 Public Relations
Public
relation adalah
usaha yang direncanakan secara terus-menerus dengan sengaja, guna membangun dan
mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi dan masyarakatnya.
Pendapat ini menunjukkan bahwa public relation dianggap sebuah proses atau
aktivitas yang bertujuan untuk menjalin komunikasi antara organisasi dan pihak luar
organisasi (Coulsin-Thomas, 2002).
Pengertian public relation adalah
Interaksi dan menciptakan opini publik sebagai input yang menguntungkan untuk
kedua belah pihak, dan merupakan profesi yang profesional dalam bidangnya
karena merupakan faktor yang sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi
dengan secara tepat dan dengan secara terus menerus karenapublic relation
merupakan kelangsungan hidup organisasi yang bersangkutan (Maria, 2002, p.7).
Hal ini didukung oleh pendapat Alma
yang mengatakan bahwa “public relation adalah kegiatan komunikasi yang
dimaksudkan untuk membangun citra yang baik terhadap perusahaan” (2002, p.145).
Sedangkan Marston mengatakan “public relation adalah suatu perencanaan dengan
menggunakan komunikasi persuasif untuk mempengaruhi persepsi masyarakat” (1999,
p.1). Scholz (1999,p.2) mengatakan bahwa “public relation adalah suatu perencanaan
yang mendorong untuk mempengaruhi persepsi masyarakat melalui pelaksanaan
tanggung jawab sosial berdasarkan suatu komunikasi timbal balik untuk mencapai
keuntungan pada kedua belah pihak”.
Pengertian
public relation secara umum dan khusus sebagai berikut:
1.
Pengertian Umum
Public relation adalah proses
interaksi dimana public relation menciptakan opini publik sebagai input yang
menguntungkan kedua belah pihak, dan menanamkan pengertian, menumbuhkan
motivasi dan partisipasi publik, bertujuan menanamkan keinginan baik,
kepercayaan saling adanya pengertian, dan citra yang baik dari publiknya.
Crystallizing. Public Opinion menyebutkan bahwa public relation adalah profesi
yang mengurusi hubungan antara suatu perusahaan dan publiknya yang menentukan hidup
perusahaan itu (Widjaja,2001).
2.
Pengertian Khusus
Public relation adalah fungsi khusus
manajemen yang membantu membangun dan memelihara komunikasi bersama,
pengertian, dukungan, dan kerjasama antara organisasi dan publik, melibatkan
masalah manajemen, membantu manajemen untuk mengetahui dan merespon opini
publik, menjelaskan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani
minat publik, membantu manajemen untuk tetap mengikuti dan memanfaatkan
perubahan secara efektif, berguna sebagai sistem peringatan awal untuk membantu
mengantisipasi tren, dan menggunakan penelitian dan teknik suara yang layak
dalam komunikasi sebagai alat utama (Maria, 2002). Dalam buku dasar-dasarpublic
relation (Wilcox dan Cameron,2006,p.5) juga mengatakan bahwa “public relations
is a management function, of a continuing and planned character, through which
public and private organizations and institutions seek to win and retain the
understanding, sympathy, and support of those with whom there are or maybe
concerned by evaluating public opinion about themselves, in order to correlate,
as far as possible their own policies and procedures, to achieve by planned and
widespread information more productive corporation and more efficient
fulfillment of their common interests”. yang kurang lebih memiliki arti public
relations merupakan fungsi manajemen dari sikap budi yang direncanakan dan
dijalankan secara berkesinambungan oleh organisasi atau lembaga umum dan swasta
untuk memperoleh dan membina saling pengertian, simpati dan dukungan dari
mereka yang mempunyai hubungan atau kaitan, dengan cara mengevaluasi opini
publik mengenai organisasi atau lembaga tersebut, dalam rangka mencapai
kerjasama yang lebih produktif, dan untuk memenuhi kepentingan bersama yang
lebih efisien, dengan kegiatan penerangan yang terencana dan tersebar
luas.Definisi lainnya masih menyebutkan bahwa PR adalah sebuah fungsi
manajemen, seperti yang disebutkan oleh Cutlip, Center, & Brown :
PR adalah fungsi manajemen secara
khusus yang mendukung terbentuknya saling pengertian dalam komunikasi,
pemahaman, penerimaan dan kerja sama antara organisasi dengan publiknya,
(Cutlip, Center & Brown, II000:4)
Beberapa tokoh dalam dunia
komunikasi memberikan batasan-batasan atau definisi tersendiri tentang PR
antara lain yaitu:
·
John
E. Marston (Modern Public Relation, 1979): “Public Relations is
planned, persuasive coomunication designed to influence significant public”
·
Robert
T. Relly (The Action of Public Relation, 1981):
“Public Relations Practice is the
art and social science of analyzing trends, predicting their consequences,
counseling organizations leaders, and implementing planned program of action
which serve both the organization’s and the public interest.
·
IPRA,
“Public Relations merupakan suatu kegiatan yang bertujuan memperoleh good
will, saling pengertian, citra baik dari masyarakat.”
·
J.C.
Seidel, Public Relations Director Of Housing, State of New York (dalam
Saoemirat dan Ardianto, II00II : 1II), yang berbunyi :
“Public Relations adalah proses
yang terus menerus dari usaha-usaha manajemen untuk memperoleh goodwill dan
pengertian dari para pelanggannya, para pekerjanya, dan masyarakat luas, ke
dalam dengan mengadakan analisis dan perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri,
ke luardengan mengadakan pernyataan-pernyataan”.
·
Sukatendel
(1990) dalam Ardianto (II004):
“Suatu metode
komunikasi untuk penciptaan citra positif dari mitra institusi atas dasar
kesadaran untuk menghormati kepentingan bersama.”
Dalam definisi yang diungkapkan
tersebut terdapat sejumlah butir penting yaitu:
·
Public
Relations
(PR) adalah sebuah ilmu yang cabang
keilmuannya berasal dari ilmu komunikasi. Sebagai suatu cabang keilmuan maka PR
bukan sekadar isu semata tetapi mempunyai dasar berpikir yang dapat dijelaskan
dan dipertanggung jawabkan melalui metode logika tertentu layaknya pengujian
terhadap cabang keilmuan lainnya.
·
Citra adalah obyek dari PR yang telah
menjadi kebutuhan dari institusi layaknya sumber daya yang telah ada seperti
sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sumber daya peralatan bahkan sumber
daya pengetahuan.
·
Mitra adalah subyek dari PR disamping
institusi itu sendiri. Mitra adalah bagian dari operasi sebuah institusi, tanpa
mitra sebuah institusi tidak dapat berjalan.
·
Kepentingan
bersama adalah apa
yang hendak dicari oleh II (dua) institusi dalam koneksi satu dengan yang lain.
Contoh yang nyata pembeli dan penjual mempunyai tujuan bersama yaitu tercapai
kesepakatan untuk melakukan transaksi jual beli.
·
Public
Relations menurut definisi yang dirumuskan oleh IPR (Institute Public Relations)
adalah praktek humas yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan
(terus-menerus) dalam rangka menciptakan dan mempertahankan niat baik (goodwill),
serta sikap-sikap yang saling pengertian yang bersifat timbal balik (Mutual
Understanding) antara suatu organisasi atau perusahaan dengan segenap
khalayaknya. (Frank Jefkins, 1996:8)
·
Dalam
Kongres I Asosiasi PR Sedunia di Mexico City tahun 1978 diperoleh kesepakatan
tentang definisi PR Sebagai seni sekaligus ilmu sosial yang menganalisis berbagai
kecenderungan, memperkirakan setiap kemungkinan konsekuensi darinya, memberi
masukan dan saran-saran kepada pemimpin organisasi, serta menerapkan
program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi
atau kepentingan khalayak
·
Frank
Jefkins (1995 : 9):
“Public Relations adalah sesuatu
yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun
ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan spesifikyang berlandaskan pada saling pengertian”.
Dari beberapa definisi di atas,
terdapat beberapa kesamaan konsep yang dapat ditarik sebagai kata kunci untuk
definisi PR tersebut, yaitu :
·
Deliberate, artinya kegiatan PR pada dasarnya
adalah kegiatan yang disengaja.
·
Planned, artinya kegiatan PR adalah
kegiatan yang terorganisir rapi atau terencana.
·
Performance, artinya PR yang efektif harus
didasarkan pada kebijakan dan penampilan yang sesungguhnya.
·
Public
Interest, artinya
alasan mendasar dari suatu kegiatan PR adalah untuk memenuhi kepentingan publik
dan tidak semata-mata untuk membantu organisasi meningkatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya.
·
Two
ways communications,
artinya pada dasarnya dalam kegiatan PR harus terjadi pertukaran komunikasi.
·
Management
functions, artinya PR paling
efektif jika ia menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan dalam sebuah
manajemen organisasi.
Dari berbagai batasan PR di atas di
atas dapat ditarik konsep bahwa untuk memahami dan mengevaluasi berbagai opini
publik atau isu public yang berkembang terhadap suatu organisasi/perusahaan.
Dalam kegiatannya PR memberikan masukan dan nasihat terhadap berbagai kebijakan
manajemen yang berhubungan dengan opini dan isu publik yang tengah berkembang.
The
Four PR Model
Model
dikemukakan oleh James E. Grunig dan Todd Hund (1984) lahir sebelum munculnya
media sosial. Model ini sering kali disebut sebagai The Excellent Theory, dalam
buku Strategic planning for Public Relations (Smith, 2005, P.7) terdapat 4
model Public Relations, meliputi the press agentry, the Public-information
model, the two way asymentric model. Grunig dan Hunt (1984) menjelaskan keempat
model tersebut sebagai berikut :
1. The
press agentry
Press agentry atau publistas
menjabarkan mengenai model dimana informasi hanya bergerak secara satu arah
dalam sebuah organisasi ataupun perusahaan kepada publik. Tujuan yang penerapan
model ini adalah menciptakan citra positif organisasai atau perusahaan, di
karenakan sifatnya yang satu arah maka model ini tidak menggunakan proses reset
mengenai terlebih dahulu untuk mengetahui kebutuhan publik.
2. The
public-information
Sesuai dengan definisi dari
model tersebut yaitu informasi publik memiliki tujuan untuk memberikan atau
menyebarkan informasi kepada publik, namun tidak disertai dengan promosi. Dalam
model ini pun tidak melalui proses reset terhadap publik. Model ini sering kali
di jadikan oleh praktik Public Relations dalam sector pemerintahan dan lembaga
pendidikan.
3.
The two way assymentric model
Model
asimetris dua arah merupakan model yang mengaplikasikan metode penilitian dalam
penerapanya guna meningkatkan efektifitas pengaruh pesan yang disampaikan.
Metode reset yang digunakan seperti survey dan wawancara untuk mengukur serta
mengetahui prespsi Publik, kemudian dapat di lanjutkan membuat PR Planning dan
kembali mendapat dukungan public. Dengan adanya rancangan pembuatan program PR
suatu organisasi ataupun perusahaan dapat melihat feedback yang diberikan oleh
publik. dalam model ini, organisasi ataupun perusahaan lebih tertarik jika
publik yang menyesuaikan diri dengan kepntingan organisasi atau perusahaan
tersebut. Dengan kata lain, reset dan komunikas yang digunakan pada model ini
cenderung digunakan untuk kepentingan organisasi bahkan untuk publik.
4.
The two way syementric model
Model symentris dua
arah menjabarkan mengenai organisasi ataupun perusahaan dan publik yang saling
menyesuaikan kepentingan satu sama lain dibandingkan dengan melakukan persuasi
satu arah. Dalam model ini dilkakuan riset secara mendalam guna kepentingan
kedua belah pihak yaitu perusahaan dan publik. Model ini bertujuan untuk
menciptakan mutual understanding antar perusahaan dan publik serta membangun
relasi saling membutuhkan antara kedua belah pihak.
2.3 Teori Pendukung
2.3.1 Teori
Computer Mediated Communication (CMC)
Penelitian ini menggunakan CMC (Computer-Mediated
Communication). CMC di identifikasi sebagi kajian mengenai bagaimana
perilaku manusia dipelihara dan diubah melalui melalui pertukaran informasi
melalui mesin, dan kita memposisikan penelitian CMC dalam ranah komunikasi.
Namun demikian, proses komunikasi Online melalui internet tetap saja
merupapkan sesuatu yang berbeda. (One Stop Qualitative of Research
Methodology in Communication, p.501)
Selanjutnya Wood dan Smith melihat CMC sebagai “wilayha
kajian teoritis dengan caranya sendiri, tidak hanya sebagai saluran untuk
melakukan kajian dalam konteks teoritis yang lain.” (One Stop
Qualitative of Research Methodology in Communication, p.502)
Homless menegaskan bahwa ada empat point penting
mengenai perspektif CMC yaitu:
a. Memfokuskan pada keunikan
komunikasi yang terjadi di cyberspace
b. Lebih mengkhususkan diri pada
term ‘interaksi’ dibandingkan ‘integrasi’, yang lebih mengangkat beragam bentuk
interaksi tersebut memiliki makna
c. Tidak seperti ‘media studies’ beberapa pembahasan
CMC mengungkapkan bagaimana faktor-faktor eksternal memengaruhi kegiatan
komunikasi. Dengan menganalisis broadcast, kenyataannya sangat sedikit yang
mampu mengeksplorasi bagaimana faktor-faktor eksternal terebut mempengaruhi
konten media sementara media konten itu sendiri dinilai dari bagaimana ia
mereflekasikan segala sesuatunya di luar media atau realitas non-media.
d. Dengan sedikit mengakibatkan beragam bentuk
interaksi social yang mungkin mendukung perpektif CMC bahwa perspektif ini
memfokuskan pada integrasi informasi dimana komunikasi yang terjadi melalui
medium computer berdasarkan pada proses informasi yang dapat dijumapai dalam
beragam bentuk
Perspektif dan Teori CMC
A. Impersonal
Menyatakan masing masing media memunculkan perbedaan
derajat penerimaan subtansi pesan dalam sebuah instansi. Social presence (kehadiran
social) adalah derajat dimana kita sebagai individu memandang orang lain
sebagai pribadi individu dan interaksi di antara keduanya sebagai hubungan
timbal balik.
B. Interpesonal
Penanda konteks, social berperan selaku indicator dari
perilaku yang bisa diterima secara social, yang berasumsi bahwa terdapat aturan
yang mengontrol perilaku komunikasi, baik disadari atua tidak mengarahkan
infromasi yang pantas disampaikan dan pada siapa informasi disampaikan atau
dalam berkomunikasi kita menyesuaikan dengan faktor sekeliling kita.
C. Hypersonal
Sebuah situasi dimana situasi komunikasi atau hubungan
emosional yang terbentuk yang dimediasi computer karena hubungan tersebut 31
lebih mudah cepat,dan asyik
dibandingkan berhubungan secara langsung.
Komunikasi Hypersonal didasarkan empat faktor:
a.
Faktor sumber (sender) : memiliki
control yang besar terhadap dirinya sendiri
b.
Penerimanya
(receiver) : penerima dapat langsung menerima feedback yang
tergantung pada pesan yang disampaikan
c.
Media
atau channel : tidak sinkron
d.
Feedback
: timbal balik yang
berlangsung secara berkala dalam waktu yang lama.
Bentuk CMC yang memfasilitasi manusia:
a) Internet
b) Yahoo messenger
c) Facebook
d) Blogger
e) Twitter
f) Friendster
g) Google
2.3.3
Tujuan penggunaan Media Sosial
Belch dan Belch (2003) menjelasakan
komunikasi yang dilakukan melalui media sosial yang memiliki beberapa tujuan,
antaralain :
1.
Menyebarkan
Informasi
Salah satu tujuan
berkomunikasi dengan menggunukan media sosial adalah untuk menyediakan
informasi yang lebih mendalam mengenai perusahaan.
2.
Menciptakan
kesadaran
Untuk sebuah perusahaan,
berpromosi dengan menggunakan internet seperti media sosial menjadi solusi
untuk menciptakan kesadaran terhadap barang atau jasa yang di tawarkan oleh
perusahaan tersebut. Internet memiliki jangkauan khalayak sasaran yang luas serta
relatif mudah dan murah untuk digunakan.
3.
Menimbulkan
keterkarikan
Perusahaan dapat menggunakan
media sosial untuk meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap website
perusahaan ataupunterhadap barang atau jasa yang di tawarkan pembeli memeiliki
ekspetasi bahwa para perusahaan memiliki halaman yang dapat mereka kunjungi
untuk mendapatkan informasi dari produk yang di tawarkan.
4.
Menciptakan
Sebuah Citra
Situs dan halaman web di
disain khusus untuk merefleksikan image atau citra yang ingin di tampilkan ke masyarakat
5.
Mestimulasi
Calon Pembeli untuk mencoba
Medium internet merupakan
medium yang efektif untuk menarik masyarakat untuk mencoba barang dan jasa yang
perusahaan tawarkan.
6.
Membangun
merek yang kuat
Penggunaan
komunkasi di internet seperti di media sosial dapat membangun merek. Misalnya
dengan memberikan respon langsung kepada khalayak yang spesifik yang merupakan
calon pembeli potensial.
Berdasarkan
pengertian di atas dan monitoring yang dilakukan melalui akun media sosial,
hipotesa dari tujuan penggunaan media sosial pada garuda Indonesia, antara lain
adalah sebagai media untuk menyebarkan informasi, menciptakan kesadaran dan
ketertarikan. Garuda juga menggunakan media sosial sebagai tools untuk
menciptakan sebuah citra, mendorong pembeli untuk mencoba serta membangun merek
yang kuat sedangkan hipotesa dari tujuan penggunaan media sosial pada kemenkeu
RI antara lain sebagai media untuk menyebarkan informasi, menimbulkan
ketertarikan publik dan menciptakan sebuah citra.
Public
Engagement
Media sosial
membirakan kesempatan kepada praktisi PR professional untuk berinteraksi secara
langsung kepada customer atau dengan kata lain publik (Harisson,2011,p.1).
Dalam
conperensive digital business strategy for the social media era
(weber,2011,p.69) disebutkan untuk melakukan public engagement perusahaan atau
organisasi harus melewati 4 tahapan yang dilakukan secara terstruktur dan
berulang. 4 tahapan tersebut antara lain adalah menciptakan strategi dari
Public engagement, lalu membuat desain program, selanjutnya diikuti dengan
aktifasi kembali proram yang telah dibuat selanjutya tahapan terahir adalah
melakukan evaluasi dan analisis.
Tahap
pertama dari public engagement dimulai dari tujuan bisnis untuk memulai
tercapainya public engagement, organisasi harus memastikan bahwa program atau
kegiatan humas di media sosial harus bertemu dengan kebutuhan dari publik,
selanjutnya dengan yang jelas seperti meningkatkan kesadaran, meningkatkan
penjualan dapat mendorong industry untuk memiliki kompetensi kepimipinan yang
baik, selain itu juga dapat meningkatkan kualitas produk, customer service dan
meningkatkan loyalitas dari karyawan.
Tahap
kedua social experience design atau design strategi pada media sosial
berdasarkan pengalaman. Pada tahapan ini adalah bagaimana strategi disesuaikan
dengan tools atau alat dari media sosial. Untuk menciptakan public engagement
harus ada koneksi emosi yang terjadi antara publik dengan produk atau jasa yang
ingin di tawarkan, kemudian menciptakan design yang sesuai dengan pola prilaku
konsumsi publik dengan media sosial.
Tahapan
ketiga adalah oktivasi dari profram public engagement. Pada tahapan ini adalah
tahapan dimana program media sosial di perkenalkan di publik. Pada tahapan ini
publik harus selalu dilibatkan oleh karena itu peran konten dari program media
sosial sangatlah penting karena konten harus meotivasi publik untuk terlibat
dalam program media sosial. Selain itu program harus berkelanjutan dan terus
menerus dimonitor agar tujuan dari dapat tecapai.
Tahapan
keempat adalah evaluasi dan analisis program media sosia. Untuk mengetahui
sejauh mana program media sosial mencapai level public engagement maka dapat
dilakukan evaluasi berdasarkan matriks tertentu, seperti :
Matriks
bagaimana media sosial dapat mencapai target public :
1. Berapa
jumlah target publik yang tercapai?
2. Berapa
jumlah publik yang mengunjungi media sosial?
3. Berapa
jumlah tampilan halaman media sosial yang di lihat publik?
4. Berapa
jumlah konten media sosial yang di lihat publik?
Matriks tercapainya Public Engagement
:
1. Waktu
publik mengunjungi media sosial
2. Seberapa
sering publik mengunjungi media sosial
3. Cara
keterlibatan publik seperti follow twitter ataupun melakukan retweets
4. Seberapa
banyak orang yang mengikuti facebook fanpage?
5. Seberapa
banya publik melakukan regristasi program media sosial?
6. Komentar,
review public
7. Unduh
dan unggah program media sosial
8. Matriks
tersebut dapat menjadi indicator berhasilnya return of investment (ROI) dari
suatu program media sosial
Terdapat
beberapa tingkatan dalam public engagement antara lain adalah consumption,
curation, creation dan collaboration adalah tahapan untuk membangun engagement
yang kuat dikarenakan pada tahapan ini publik melakukan berbagai aktifitas yang
berhubungan dengan perusahaan menggunakan media sosial seperti mengunduh,
membaca, bahkan menyaksikan berbagai konten media sosial yang di miliki oleh
perusahaan tersebut.
Pada
tahapan selanjutnya curation, publik memiliki peran yang lebih aktif
dikarenakan publik mulai memilih, memberikan komentar atau menjelaskan mengenai
konten tertentu. Sebagai contohnya publik yang menulis atau membuat product
review pada salah satu media sosial akan memberikan hasil yang lebih efektif
dibandingkan dengan perusahaan itu sendiri.
Tahapan
ketiga adalah creation dimana konten dapat tercipta dengan sendirinya karena
konten dibentuk dan diciptakan oleh pola interaksi yang dilakukan oleh publik.
Sebagai contoh publik yang merasa tertarik dengan konten yang di muat di media
sosial yang di miliki oleh perusahaan atau organisasi tertentu karena dianggap
dapat memotivasi publik akan dengan sendirinya mengambil sikap untuk
merekomendasikan atau membagikan pengalaman menariknya ketika mengunjungi media
sosial perusahaan atau organisasi tersebut.
Tahapan
tertinggi merupakan collaboration yaitu merupakan penggabungan dari ketiga
tahapan di atas yang menghasilkan konten baru. Sebagai contoh public engagement
yang terjadi pada twitter, public mengamati twit yang dibagikan oleh perusahaan
atau organisasi tersebut, tidak cukup mengamati namun juga meretweet bahkan
ikut membicarakan dan membuat tulisan di akun pribadi mereka sehingga
menghasilkan konten baru.
The four PR model
1.
The press agentry
2.
The public information model
3.
The two way asymmetric model
4.
The two way symmetric model
2.4 Konsep
The four PR model
1.
The press agentry
2.
The public information model
3.
The two way asymmetric model
4.
The two way symmetric model
|
|
|
|
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Metode penelitian
Metode penelitian secara umum dapat
diartikan sebagai kegiatan ilmiah yang dilakukan secara sistematis untuk
memahami suatu objek penelitian sebagai upaya untuk menemukan jawaban akan
kebenaran dan keabsahan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Ruslan,
2003, p. 96) menurut Sugiono (2014, p. 9) metode kualitatif merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah experiment) dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menkankan
makna dari pada generalisasi.
Dengan
penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.
Menurut Pujilaksono (2015) studi kasus adalah penelitian yang meneliti fenomena
kontemporer secara utuh dan menyeluruh pada kondisi yang sebenarnya, dengan
menggunakan berbagai bentuk kualitatif. Creswell dalam Pujilaksono (2015)
penelitian studi kasus dibagi menjadi 3, yaitu :
1.
Penelitian studi kasus instrumental tunggal
(Single Instrumental Case Study) adalah menggunakan sebuah kasus untuk
menggambarkan suatu isu atau perhatian.
2.
Penelitian studi kasus Jamak (Collective or
Multiple Case Study) adalah menggunakan banyak atau lebih dari satu isu kasus
didalam satu penelitian.
3.
Penelitian studi kasus mendalam (Intristic
Case Study) adalah penelitian studi kasus yang dilakukan pada suatu kasus yang
memiliki kekhasan dan keunukan yang ditinggi
Moleong
(2010, p. 11) menyatakan bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah
berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka hal itu disebabkan oleh adanya
penerapan metode kualitatif dengan metode studi kasus yang dilakukan Garuda
Indonesia dan Kemenkeu RI.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.2.1 Wawancara
Tahap pengumpulan data pada penelitian
dilakukan dengan melakukan kegiatan wawancara. Dimana wawancara merupakan
percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan
pewawancara. Ankur Garg, seorang psikolog menyatakan bahwa wawancara dapat
menjadi alat bantu saat dilakukan oleh pihak yang mempekerjakan seorang calon/kandidat
untuk suatu posisi, jurnalis, atau orang biasa yang sedang mencari tahu
kepribadian seseorang ataupun mencari informasi.
3.2.2.1 Data Primer
Data
primer merupakan sumber data yang
diperoleh secara langsung dari hasil wawancara. Data akan diperoleh dari hasil
wawancara dengan mengambil keputusan dalam konten media sosial Kementrian
Keuangan RI serta dengan pihak lainnya yang masih berhubungan dengan penggunaan
media sosial sebagai alat diseminasi kebijakan informasi kepada masyarakat.
Penelitian menggunakan wawancara semi terstruktur didalam pengumpulan data.
a.
Pengumpulan data dengan wawancara
Menurut
Esterberg (Sugiyono, 2014, p. 231) mengemukakan bahwa wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga
dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu. Dengan wawancara,
penelitian akan mengemukakan hal-hal yang sifatnya lebih mendalam tentang
partisipan dalam menginterpretasikan suatu.
b.
Macam-macam wawancara
Esterberg
(2002) mengemukakan beberapa wawancara, yaitu:
1.
Wawancara terstruktur
Wawancara
terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila komuniti telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa saja yang akan diperoleh. Sebelum
menyiapkan wawancara, peneliti akan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan tertulis
yang alternative jawabannya juga telah tersedia melaui wawancara terstruktur,
setiap responden diberikan pertanyaan yang sama yang dicatat oleh peneliti.
2.
Wawancara semi terstruktur
Jenis
wawancara ini termasuk dalam kategori in-depth-interview, dalam pelaksanaannya
wawancara ini bersifat lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan
secara lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancara diminta pendapat serta
ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara
teliti dan mencatat apa yang telah di katakana informan.
3.
Wawancara tak berstruktur
Wawancara
tak berstruktur merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman yang digunakan pewawancara hanya berupa garis besar
permasalahan yang akan dipertanyan.
Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur atau
in-depth-interview untuk mengetahui secara lebih mendalam dan terbuka segala
informasi yang dibutuhkan oleh peneliti guna yang menyelesaikan penelitian ini.
3.2.2.2 Data Sekunder
Data
sekunder diperoleh dari olahan data yang telah dikumpulkan peneliti lainnya
dalam bentuk table atau diagram. Data ini digunakan untukmendukung informasi
primer yang diperoleh dari dokumen data sekunder dapat berupa buku dan jurnal
dalam bentuk fisik maupun elektronik dan juga data merupakan dari perusahaan.
3.2.2 Narasumber
Penelitian
ini menggunakan lima orang untuk menjadi informan terkait topic yang telah
ditentukan. Informan dalam penelitian merupakan narasumber internal. Informan
internal merupakan informan dari unit corporate communication Garuda Indonesia
dan biro layanan informasi Kemenkeu RI. Informasi dari pihak-pihak yang telah
bersedia menjadi informan dianggap dapat menjawab segala hal yang terkait
dengan masalah penelitian. Daftar Informan wawancara:
1.
Beny Butar-butar – VP Corporate Communication
Garuda Indonesia
2.
Sheila Indra – Senior Manager Public
Relations Garuda Indonesia
3.
Reza Amran – Kepala Subbagian Publikasi
Bagian Manajemen Publikasi Biro Komunikasi dan Layanan Kemenkeu RI
4.
Amelia Safitri – pelaksana Subbagian
Publikasi Elektronik Bagian Manajemen Publikasi Biro Komunikasi dan Layanan
Komunikasi Kemenkeu Republik Indonesia
5.
Yesica Ayu Risna – Pelaksana Subbagian
Publikasi Elektronik Bagian Manajemen Publikasi Biro Komunikasi dan Layanan
Komunikasi Kemenkeu Republik Indonesia
3.2.3 Unit Analisis
Unit
analisis adalah suatu yang berkaitan dengan focus / komponen yang diteliti.
Unit analisis suatu penelitian dapat berupa individu, kelompok, organisasi,
benda, wilayah dan waktu tertentu sesuai dengan focus permasalahannya. Unit
analisis yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini adalah penggunaan
media sosial (Twitter dan Youtube) sebagai benda atau alat yang di gunakan
pihak Garduda Indonesia dan Kementrian Keuangan RI dalam menyampaikan strategi
komunikasi bisnis.
3.3 Teknik Analisis Data
Peneliti
ini menggunakan teknik coding kualitatif data. Coding date dalam kualitatif
berbedaa dengan kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, pengkodean dapat
merupakan suatu proses data mentah menjadi konsep kategori dan menciptakan tema
ataupun konsep. Teknik ini dapat membebaskan penelitian untuk mencari data
secara mendetail, karna menggunakan pertanyaan yang membawa kita ke pertanyaan
lainnya. Strauss (1987) dalam (Neuman, 2014) menyatakan terdapat 3 tahapan
proses pengkodean data yang digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu Open
Coding, Axial Coding dan Selective Coding.
1.
Open Coding merupakan tahapan pertama yaitu
saat semua data yang dibutuhkan sudah terkumpul. Hasil penelitian akan dibaca
secara perlahan, kemudian mencari hal-hal yang penting untuk kemudian dirangkum
dan dicatat untuk digunakan pada saat analytic memo writing.
2.
Axial Coding adalah tahapan kedua proses
pengkodean data, penelitian akan focus pada data-data yang betul-betul
dibutuhkan dan memberikan kode seuai dengan konsep pada tahap kedua ini focus
ada pada kode bukan data.
3.
Selective Coding merupakan tahap terakhir
dari rangkaian proses pengkodean data konsep utama yang akan digunakan dalam
penelitian ini sudah ditentukan. Kegiatan ini meliputi pemindaian semua data
yang ada dan juga kode-kode yang sebelumnya dilakukan secara hati-hati serta
buatlah perbandingan setelah semua data telah lengkap.
3.4 Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui penggunaan media sosial dan objectives dari penggunaan
media sosial dari Garuda Indonesia yang mewakili sector swasta dan Kemenkeu RI
yang mewakili sector kementrian.
Tabel
2
Fokus
Penelitian
Variabel
|
Elemen
|
Evidensi
|
Teknik
Pengumpulan Data
|
The
Four PR Model (The Excellent Theory)
|
The
press agentry, the public-information model, the two way asymmetric model,
the two symmetric model
|
Untuk
mengetahui pengaplikasian The Four PR Model dalam implementasi media sosial.
|
Wawancara
Internal.
|
Public
Engagement
|
Tahap
pendekatan: strategy & planning, social experience design, measurement
& sustainment, activation & sustainment
|
Bagaimana
GA kemenkeu melakukan pendekatan untuk mencapai public engagement
|
Wawancara
Internal
|
|
Tingkatan:
Consumption,
curation, creation,collaboration
|
Sejauh
mana tingkatan public engagement yang telah telah dicapai Garuda Indonesia
dan Kemenkeu melalui media sosial
|
Wawancara
Internal
|
Media
Sosial
|
|
Apa
yang menjadi objectives dalam penggunaan media sosial pada Garuda Indonesia
dan Kemenkeu RI
|
Wawancara
Internal
|
3.5 Tahap Analisis Data dan Representasi Data
Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan tahap analisis data online.
Berikut
beberapa tahap analisis data:
·
Tahap mengumpulkan data, dilakukan melalui
instrument pengumpulan data
·
Tahap editing,yaitu memeriksa kejelasan dan
kelengkapan pngisian instrument pengumpulan data
·
Tahap koding, yaitu proses identifikasi dan
klasifikasi dari setiap pertanyaan yang terdapat dalam instrument pengumpulan
data menurut variable-variabel yang diteliti
·
Tahap Tabulasi data, yaitu mencatat atau entri
data ke dalam tebelinduk penelitian
·
Tahap pengujian kualitas data, yaitu menguji
validitas dan realibilitas instrument pengumpulan data
·
Tahap mendeskripsikan data, yaitu table
frekuensi dan/atau diagram, serta berbagai ukuran terdensi sentral, maupun ukuran
disperse, tujuannya memahami karakteristik data sampel penelitian
·
Tahap pengujian hipotesis, yaitu tahap
pengujian terhadap proposisi-proposisi yang dibuata apakah proposisi tersebut
ditolak atau diterima, serta bermakna atau tidak. Atas dasar pengujian
hipotesis inilah selanjutnya keputusan dibuat.
3.6 Teknik Keabsahan Data
Untuk
pengukuran kredibilitas dan validitas penelitian maka peneliti mengguakan
analisis triangulasi dijabarkan sebagai pengecekan data dari berbagai metode
dan waktu (Sugiyono, 2011, p. 372). Neuman (2006) mengklasifikasi triangulasi
menjadi 4 jenis yaitu:
1.
Triangulation of Measures (triangulasi
pengukuran) yaitu peneliti mengukur berbagai macam jenis-jenis pengukur yang
berasal dari fenomena serupa
2.
Triangulation of Observes (Triangulasi
Peneliti) yaitu peneliti melakukan wawancara atau mengamati wawancara aktifitas
narasumber
3.
Triangulation of theory (Triangulasi Teori)
yaitu peneliti menggunakan perspektif teori dalam tingkat perencanaan
penelitian
4.
Triangulation of Methods (Triangulasi Metode)
yaitu menggabungkan gaya penelitian kuantitatif dari kualitatif. Teknik
pemeriksaan data dalam penelitian ini adalah teknik Triangulasi Metode.
Sugiyono (2009)
3.7 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu
yang digunakan untuk penelitian ini akan adalah selama 10 bulan yang sejak
bulan September 2017 sampai bulan Juli 2018 penelitian data primer dilakukan di
Garuda Indonesia Head Office yang beralamat di Jl. M1, Gedung Area Perkantoran Gedung Garuda City Centre, Soekarno Hatta
Internasional Airport Cengkareng. Penelitian dengan data primer juga dilakukan
di kantor Kemenkeu RI yang berlokasi di Gedung Juanda I, Jalan. Dr. Wahidin
Raya, Jakarta Pusat sedangkan penelitian data sekunder dilaksanakan di
perpustakaan STIKOM The London School of Public Relations Jakarta dan di Prof.
Margono Research Centre- LPPM LSPR Jakarta.
DAFTAR
PUSTAKA
Antara News. (2013). 10 Siklus Kementrian Paling
Transparan. Diperoleh dari http://www.antaranews.com/berita/410342/10-situs-kementrian-paling-transparan
Belch, M. A., & Belch, G. E. (2003). Advertising and
Promotion : An Integerated Marketing Communication Perspective. McGraw-Hill
Irwin.
Pambayun,
Ellys Lestari. 2013. One stop Qualitative research methodology in
communication: Konsep, panduan, dan aplikasi. Jakarta: Lentera Ilmu.
Boer, R dan Nurhajati, L. (2015). Memenangkan Hati
Khalayak Eksternal Melalui Media Online Retrieved from : https://app.schoology.com/docviewer/1295012949/b885a6edb94e4cd02bb42fe58a03d860
Evans, D. (2010). Social Media Marketing : The Next
Generations of Business Engagement. Indiana: Wiley Publishing
Grunig, J. (1984). Managing Public Relations. Publisher :
Reinhart and Winston
Gupta. (2012). Enhancing Organizational Effectiveness
Through Customer Engagement. IJCSMS International Journal of Computer Science
and Management Studies, Vol 12, 1 Januari 2012
Gofur, A. (2014). 10 Praktik terbaik PR BUMN. Jakarta:
Matrix Indonesia
Harrison, Kim. (2011). Strategic Public Relations: A
Practical guide to Success. Australia: Palgrave Macmillan
Moleong, l. J. (2010) Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Nasrullah, M. Si. (2015). Media Sosial. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Neuman, W. L. (2006). Social Research Methods:
Qualitative and Quantitative Approaches. Essex : Pearson Education Limited.
Paul Petterson, T. Y. (2006). Understanding Customer
Engagement in Service Anzmac.
Pujileksono, S.(2015). Metode Penelitian Kualitatif Malang
Intrans Publishing.
Redaksi. (2015). Keterbukaan Informasi Publik Pemerintah.
Diperoleh dari website pemerintah net: http://pemerintah.net/keterbukaan-informasi-publik-pemerintah/
Ruslan, Rosady. (2003). Metode penelitian Public
Relations dan Kualitatif. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada
Ryan, D., & Jones, C. (2009). Understanding Digital
Marketing : Marketing Strategies For Engaging The Digital Generations. Kogan
Page Limited.
Smith, R. D. (2005). Strategic Planning for Public
Relations. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Weber, L. (2011). Comprehensive Digital Strategy for The
Social Media Era. New Jersey : Wiley.
Komentar
Posting Komentar